Minggu, 05 Agustus 2007
RELATIFISME ETIKA
RELATIVISME ETIKA
Perdebatan mengenai relativisme dan absolutisme etika telah menjadi salah satu bagian dari topik refleksi filosofis yang paling penting dan abadi dalam etika.. namun, hasil perdebatan ini tidak terbatas pada etika. Pendirian yang diambil dalam perdebatan tentang relative-tidaknya nilai-nilai etika juga mempengaruhi pendirian politik, hokum dan sosial seseorang. Kekuatan abadi relativisme selalu berakar pada daya tarik beragamnya kepercayaan etika dan pertentangan mendalam mengenai berbagai isu etis. Dalam hal ini, D. Wong mengatakan; “relatifisme moral merupakan respon umum terhadap konflik paling mendalam yang kita hadapi dalam kehidupan etis kita. Sebagian diantaranya sangat populer dan politis, seperti perselisihan mengenai kebolehan moral-legal aborsi di amerika serikat. Konflik-konflik lain yang mengundang tanggapan relatifistik kurang dramatis, tapi sering terjadi misalnya perasaan generasi pertama Cina-Amerika yang menghadapi konflik antara nilai-nilai warisan dan nilai-nilai yang dianut oleh Negara itu. “Meski relativisme selalu mempunyai beberapa pengikut setia, namun pandangan akal sehat senantiasa mendukung nonrelativisme. Bahkan dinyatakan bahwa “sebenarnya tak ada kaum relativis dikalangan tokoh penting dalam sejarah filsafat. Satu-satunya pengecualian adalah protagoras” (Wood, 1995). Terlepas dari sejarah panjang perdebatan ini, tidak banyak kemajuan yang dicapai. Alasan utamanya adalah bahwa perdebatan ini melibatkan beberapa isu mendasar dalam etika yang harus ditempatkan sebelum diambil keputusan semestinya. Kita harus mendefinisikan pendirian kita menyangkut definisi etika, hakekat kebenaran, alasan-alasan dalam etika dan secara umum realisme dalam isu-isu etis dan semantik mengenai makna dan penafsiran. Kita juga harus menyusun beberapa bingkai kerja guna menelaah persoalan empiris tentang apa yang sesungguhnya diyakini dan dipraktikan dalam kelompok dan masyarakat lain. Selain itu, ada juga tiga alasan mendasar. Alasan pertama, baik pendukung maupun penentang relativisme terkadang enggan membedakan berbagai doktrin yang berbeda. Relativisme moral terkadang dikaburkan dengan nihilisme moral, skeptisme moral, dan sebagainya. Alasan kedua, ada berbagai definisi, versi dan pemilihan terhadap bentuk relativisme yang sama, dan ini membuat perdebatan relativisme moral menjadi semakin rumit dan membingungkan. Yang ketiga, adalah bahwa masing-masing pihak kadang cenderung menilai lawan mereka menganut posisi paling ekstrim untuk mempermudah perdebatan ini. Secara umum relativisme dapat didefinisikan sebagai penolakan terhadap bentuk kebenaran universal tertentu. Dengan definisi ini, mungkin saja terdapat berbagai bentuk relativisme. Relativisme dapat dibahas dalam berbagi bidang. Kesamaan yang dimiliki oleh semua bentuk atau sub-bentuk relativisme adalah keyakinan bahwa sesuatu (misalnya, pengetahuan dan moralitas) bersifat relative terhadap prinsip tertentu dan penolakan bahwa prinsip itu mutlak benar atau paling shahih. Perbedaan antara bentuk dan sub-bentuk ini terkait erat dengan perbedaan objek –objek (antara bebagai bentuk) dan perbedaan prinsip (antara berbagai sub-bentuk), semisal perbedaan antara relativisme etika individual, dan relativisme etika social yang menjadikan kerangka etika sebagai varian social. Bersambung………………………………..
BY: Day_Kasep
 
posted by uday_kasep at 19.18 | Permalink |


0 Comments: